Selasa, Juli 28, 2009

Hendropriyono: Pancasila Harus Jadi Tameng Terorisme

Tidak Perlu Jenius Untuk jadi Teroris JOGJA- Setelah menjalankan program doktornya selama 3 tahun, Mantan Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono resmi menggenggam gelar Doktor kemarin (25/7). Dengan predikat cumlaude, Hendro menjadi doktor ke 1.089 yang dihasilkan UGM dan Doktor ke-51 dari Fakultas Filsafat. Keputusan cumlaude diberikan setelah Hendro mempertahankan disertasinya di hadapan promotor Prof. Dr. Kaelan dan Ko-promotor Prof. Dr Lasiyo, dan Prof. Dr. Djoko Suryo. Tium penguji terdiri dari Prof. Dr. Syafi'i Maarif, Dr. Muntasar Prof. Dr. Koento Wibisono, Prof. Dr. Syamsulhadi dan Prof R Soejadi SH.


Setelah sempat "menghilang" selama beberapa saat, terorisme kembali jadi bahan perbincangan setelah peledakan dua hotel Ritz Charlton dan JW Marriot. Hendro mengakui terorisme adalah salah hal yang paling menggelisahkan dan berpengaruh pada ketahanan nasional Indonesia. Menemukan solusi untuk terorisme juga tidak mudah. Saat ini, terorisme di Indonesia menggurita, terus tumbuh namun tidak bisa dilacak sumbernya. "Yang berada di sini (Indonesia) hanya kaki tangan sementara dalang utamanya tidak berada di sini. Ini yang membuat permasalahan terorisme sendiri menjadi kompleks," tuturnya saat memberikan pidato penganugerahan gelar doktor di Gedung Pascasarjana UGM.


Selama lebih dari tiga tahun mempelajari terorisme dari segi keilmuan, Hendro tetap berpendapat terorisme tidak punya definisi yang pasti. "Tanpa definisi jelas, sulit mencari solusi yang tepat untuk memeranginya," ujarnya. Disertasi Hendro berjudul Terorisme dalam Kajian Filsafat Analitika: Relevansinya dengan Ketahanan Nasional. Disertasi setebal 400 halaman itu, antara lain, mengungkapkan terorisme sebagai fenomena sosial yang sulit dimengerti, bahkan oleh sang teroris sendiri. ''Saya melakukan kajian dari filsafat bahasa. Pemikiran tentang aksi seorang teroris saya simpulkan dari perkataannya," jelas jendral purnawirawan kelahiran Jogja ini.

Terorisme menjadi sulit dimengerti karena efeknya bisa luar bisa besar meski dijalankan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tinggi. Pendek kata, aksi terorisme bisa dilakukan siapapun tanpa merujuk pada kehidupan akademis. "Tanpa pendidikan yang memadai sekalipun, seseorang bisa melakukan aksi terorisme yang menggetarkan dunia dan berimplikasi sangat luas," tegasnya. Tidak hanya itu, teknik, taktik, dan strategi terorisme terus berkembang sangat cepat dari waktu ke waktu. "Taktik dan teknik teroris terus berkembang seiring kemajuan sains, sedangkan strateginya berkembang seiring dengan keyakinan ontologis atas ideologi atau filsafat," terang mantan menteri tenaga kerja RI ini.


Teroris, lanjut Hendro, juga biasa menggunakan agama sebagai alat justifikasi (pembenaran) terhadap segala aksinya yang cenderung destruktif. "Manipulasi kebenaran seringkali menggunakan kaidah agama sebagai sumbernya," ungkapnya. Berkaitan dengan ketahanan nasional, Hendro berkata bangsa Indonesia sebenarnya sudah punya tameng untuk mencegah terorisme yaitu pancasila. "Pancasila bisa menjadi alat untuk melawan dan mempertahankan diri dari segala ancaman atau hambatan," terangnya. Kajian terhadap terorisme dan ketahanan nasional, diharapkan Hendro, bisa menjadi upaya revitalisasi filsafat pancasila.

"Pancasila adalah filosofi bangsa yang mencangkup tataran nilai dasar, nilai instrumen dan nilai praktis, jadi sebenarnya cukup akomodatif untuk menghadapi berbagai permasalahan masyarakat," jelasnya. Prof Kaelan yang bertindak sebagai promotor menyebut Hendro sebagai mahasiswa S3 yang haus ilmu. "Diharapkan dengan gelar doktor ini dia bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran terutama kemampuan analisis intelijen bagi negara," katanya.

Beberapa kolega dan undangan yang hadir adalah mantan Gubernur DKI Sutiyoso, Gubernur Gorontalo Fadel muhammad, Ketua DPD RI Ginandjar Kasasasmita, Ekonom Prof. Dr. Sri Edi swasono, Politikus Permadi, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, mantan Ketua DPR RI Ir. Akbar Tanjung, dan Mantan Ketua Mantiqi lll Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas. (luf)


Sumber : Tribun Jogya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar